MATEMATIKA: ANALITIK DAN SINTETIS

Untuk mengembangkan diri, 70% keberhasilannya dipengaruhi oleh iktiar diri. Pendidik paling hebat sekalipun tidak akan mampu menjangkau semua. Dan dilain pihak, jika pendidik ingin menjangkau semua maka itu artinya pendidik tidak peserta didiknya. Cara mengajar yang baik adalah mempercayai siswa untuk mencari yang dirasakan belum cukup. Bekal terbaik untuk siswa adalah kemandirian, percaya pada semangat, dan motivasi. Dengan adanya konten materi yang diperlukan sudah cukup sebagai bekal. Maka peran guru dalam pendidik perlu direformasi. Sehingga apa yang ada dan mungkin ada mampu menjadi refrensi dalam pembelajaran. Continue reading “MATEMATIKA: ANALITIK DAN SINTETIS”

FILSAFAT: DAERAH TAK BERTUAN

Ada banyak yang dibaca dan dipikirkan dalam diri seseorang. Apa yang dibaca dan dipikirkan itu adalah unsur. Dan pada kenyataannya, ada banyak unsur yang harus digali dan dipelajari. Untuk mempelajari unsur-unsur tersebut, terlebih dahulu harus diketahui apa dan seberapa banyak unsur yang dibutuhkan. Misalnya, untuk berfilsafat matematika, apakah seseorang harus mendapatkan gelar doctor terlebih dahulu? Apakah harus memiliki karya-karya ilmiah? Apakah harus memiliki penghargaan nobel? Ternyata tidak harus, seseorang dengan bekal cukup sudah dapat berfilsafat. Tapi terlalu sedikit mengetahui bukanlah hal yang baik. Diharapkan semakin banyak pengetahuannya, semakin tinggi posisinya (dalam ilmu pengetahuan) maka semakin baik filsafatnya (harapannya). Meski demikian, seperti pohon yang menjulang tinggi, semakin tinggi, semakin kuat angin yang harus dihadapi. Seperti itu pula seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi, cobaannya akan semakin besar. Cobaan tersebut adalah jika fleksibelitasnya dalam merefleksikan ilmu-ilmu yang dimilikinya berkurang. Continue reading “FILSAFAT: DAERAH TAK BERTUAN”